Islam Rahmatan Lil Alamiin : Memahami Technology dan Sains Sebagai Bagian dari Bentuk Rahmat

Abah Asep Jaelani

mediakeadilanrakyat.id, – Dalam Al-Qur’an Surah Al-Anbiya’ ayat 107 yang artinya,”Dan Kami tidak mengutus engkau ( Muhammad ) melainkan untuk ( menjadi ) rahmat bagi seluruh alam”.

Ayat ini menunjukkan bahwa sosok Nabi Muhammad adalah rahmat yang terpancar melalui kepribadian, ajaran, dan perwujudannya. Seiring berkembangnya pengetahuan, kita dituntut memahami teknologi dan sains sebagai bagian dari bentuk rahmat.

Islam memberikan pedoman agar kita/para pengguna media sosial haruslah bijaksana, mengutamakan etika, dan bertujuan positif, serta menghindari hal-hal terlarang seperti ghibah, fitnah, ujaran kebencian, dan penyebaran konten tidak pantas, karena setiap ucapan atau unggahan dipertanggungjawabkan baik di dunia maupun kelak di akhirat.

Islam melarang perbuatan Ghibah dan Fitnah yakni membicarakan keburukan orang lain (ghibah) atau menyebarkan informasi palsu (fitnah/Hoack ), dan Namimah yaitu menyebarkan berita untuk mengadu domba antara satu pihak dengan pihak lain, bullying, menyebarkan kebencian, atau merendahkan orang lain atas dasar suku, agama, ras, atau golongan, mengunggah atau membagikan gambar, video, atau konten vulgar, pornografi, atau yang dapat menyinggung perasaan.

Begitu juga, penggunaan media sosial yang berlebihan dan tidak produktif sehingga melalaikan kewajiban agama atau pekerjaan, hukumnya adalah haram, karena waktu sangat berharga.Mari kita manfaatkan media sosial untuk berbagi pengetahuan, informasi bermanfaat, dan materi keagamaaan, sebagai sarana dakwah untuk menyebarkan ajaran Islam dengan cara yang menarik dan mudah diakses.

Penggunaan media sosial pun diharapkan mampu untuk menyebarkan kesadaran akan isu-isu sosial, politik, dan lingkungan yang baik.

Ingat bahwa setiap tulisan atau unggahan di media sosial akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Pastikan kebenaran suatu informasi sebelum menyebarkannya untuk menghindari fitnah dan hoax.

Kepada para Mujahid Digital atau pegiat media sosial, mari kita tanamkan : ” Qoulan syadiida ( perkataan yang benar dan lurus ), Qaulan baligha , ( perkataan yang terkesan, membekas pada jiwa ), Qaulan Karimi ( perkataan yang mulia ), Qaulan maisyura ( perkataan yang mudah difahami ), serta Qaulan Layyini ( berkata dengan kalimat yang santun, mengajak yang lain dengan kelembutan, kesederhanaan dan kasih sayang).”

Niat yang kuat, tekad yang bulat, haruslah mampu memiliki satu tujuan utama dalam bermedia sosial adalah meraih ridha Allah SWT, bukan mencari pujian atau popularitas dari manusia.

” Innamal a’malu binniyati wa innama likullimriin ma nawa, sesungguhnya segala perbuatan itu bergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan apa yang diniatkannya”. H.R. Bukhori – Muslim

Pentingnya niat dalam setiap tindakan dan perbuatan, karena niat menjadi penentu baik buruknya suatu amal dan menjadi dasar penerimaan amal ibadah di sisi Allah SWT. Tanpa niat, suatu perbuatan tidak akan memiliki nilai ibadah dan tidak akan berarti apa-apa.

“Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang diniatkannya”. Artinya, hasil dari suatu perbuatan akan sesuai dengan niat yang tersemat di dalamnya. Jika niatnya ikhlas karena Allah, maka akan mendapatkan balasan dari Allah SWT; sebaliknya, jika niatnya untuk urusan dunia, maka yang didapatkan hanyalah apa yang dicari di dunia.

Jadikan media sosial sebagai alat untuk berdakwah, Ta’muruna Bil Ma’ruf Wa TanHauna ‘anil Munkar.

Terakhir, mari kita menggunakan kata – kata yang santun, sopan, dan tidak menyinggung saat berkomunikasi di media sosial.***

Dari Berbagai Sumber

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *